Selasa, 17 Agustus 2010

Sekilas Tentang Kemotherapy

Menderita penyakit kanker adalah sesuatu hal yang sangat menakutkan bagi kita. Kali ini sata tidak lagi mengulas apa itu kanker dan atas masukan beberapa teman, tulisan ini mencoba memberikan informasi bagaimana seharusnya seorang dokter menggiring pasiennya untuk melewati langkah demi langkah menuju diagnostik dan therapy ataupun Kemotherapy yang benar. Sehingga si pasien tidak sampai salah jalan, tidak lagi merasa bosan dan tidak mengambil atau mau diajak ikut jalan pintas oleh dokternya. Ini semua demi mencapai hasil pengobatan yang optimal.


Pencatatan dan pemeriksaan fisik yang cermat

Data itu menyangkut umur, jenis kelamin pasien, alamat tempat tinggal, pekerjaan, status perkawinan, riwayat keluarga dan lain-lain yang menyangkut data si pasien. Hal ini akan berkaitan dengan faktor resiko seseorang terkena kanker. Dari penampakan dan pemeriksanan fisik saja seorang dokter bedah berpengalaman sudah bisa curiga tumor atau kelainan yang diderita pasiennya termasuk ganas atau tidak. Dari pemeriksaan fisik juga diharapkan pemeriksa dapat menentukan tumor primer yang jelas, adanya pembesaran kelenjar limfe, memperkirakan tumor tersebut bisa dioperasi bersih (operable) atau tidak dan mencari apakah ada kelainan / penyakit lain yang diderita selain tumornya. Jika keadaan-keadaan ini luput dari perhatian dan dengan under estimate seorang dokter Bedah gegabah melakukan tindakan operasi untuk mengangkat tumor secara langsung, bisa jadi tindakannya malah membangunkan macan tidur karena tidak menjalankan prinsip-prinsip onkologi secara benar.

Penentuan Stadium tumor


ntuk menntukan stadium tumor ganas dinilai dari 3 hal yaitu TNM (Tumor, Node, Metastase); besarnya tumor itu sendiri, node atau kelenjar limfe yang terkena di sekitarnya dan ada tidaknya metastase. Pada tahap inilah selain pemeriksaan fisik yang cermat, dibutuhkan juga pemeriksaan penunjang lainnya, seperti foto x-ray dada, USG, bone scanning, ct scan ataupun petanda tumor. Yang dicari adalah kemungkinan adanya penyebaran tumor di bagian organ yang dideteksi. Dari data ini kemudian ditentukan T-nya berapa, N-nya berapa dan M-nya ada atau tidak. Perhitungan besarnya T dan jauhnya N dari tumor primer masing-masing kanker di lokasi tertentu di tubuh kita mempunyai topografi atau batas-batas tersendiri. Kemudian dari sini ditentukan stadiumnya. Stadium I, IIA, IIB dan seterusnya. Misalnya tumor ganas paru berdiameter 4cm, didapatkan pembesaran kelenjar di areal dekat saluran nafas pada sisi yang sama, tanpa ada penyebaran, maka termasuk T2N1M0 atau stadium II.

Pemeriksaan Biopsi

Dikenal ada; open biopsi –eksisi dan insisional biopsy-, biopsy jarum, trucut biopsi, punch biopsy dan curettage biopsy (biopsi kerokan). Dari pemeriksaan ini dapat ditentukan jenis, sifat sel tumor dan tingkat diferensiasi (perobahan) sel dari struktur normal sehingga bisa diketahui seberapa hebat ganasnya sel-sel tumor itu. Dari informasi ini kemudian dokter bisa memprediksi hasil therapy yang nantinya akan diberikan. Pengerjaan untuk melakukan biopsy dapat dilakukan sebelum pembedahan utamanya dikerjakan (yang ini lebih dianjurkan) atau bisa juga pada saat pembedahan sebagai upaya therapeutic. Yang paling penting diketahui bahwa apapun hasilnya, si pasien mempunyai hak untuk mengetahui dan mendapatkan hasil pemeriksaan patologi tersebut. Dan dokter dengan caranya tersendiri wajib menginformasikan hal itu secara langsung kepada si pasien. Pemeriksaan mikroskopik terhadap sample tumor yang bisa menggambarkan histopatologis –struktur dan kateristik sel- dari jaringan yang dicurigai kanker tersebut. Ini menjadi penentu seseorang dapat divonis terkena kanker atau tidak. Memang sangat dipengaruhi sekali pada saat pengambilan bahan biopsi, sudah dapat mewakili seluruh kondisi tumor atau belum. Ada beberapa cara pengambilan biopsi. Hal ini bisa dipilih dengan pertimbangan letak tumor, efektifitas pengambilan, fasilitas yang tersedia dan kemungkinan radikalitas tumor itu sendiri.

Menentukan keadaan umum (status performance) penderita


Mungkin saja tingkat keganasan tumornya masih rendah tapi kondisi tubuh yang lain dalam keadaan payah, tentu mempengaruhi pilihan therapy dan dosis yang diberikan karena therapy kanker itu sendiri, khususnya kemotherapy, membawa efek samping yang luar biasa. Sehubungan dengan ini, disamping cara pengukuran lain, dikenal lebih umum penggunaan score dari Karnovski yang berskala dari 0 – 100. Makin baik kondisi penderita, ia akan memiliki score mendekati 100. Dikatakan therapy untuk kanker akan beresiko pada penderita dengan score di bawah 30, dimana seorang penderita sudah tidak mampu lagi menjalankan aktifitas kesehariannya tanpa dibantu orang lain.

Menentukan pilihan jenis therapy

Ada beberapa bentuk therapi untuk keganasan yang memiliki respon berbeda antar satu jenis kanker dengan jenis kanker yang lain. Jenis therapy itu meliputi; pembedahan, khemotherapy, radiotherapy atau therapy penyinaran, therapy hormonal dan biotherapy. Dari data dan penelitian yang telah dipelajari, sudah dapat dipastikan satu keganasan lebih sensitif terhadap therapy A dibandingkan dengan therapy B. Namun dalam penerapannya akan memberi hasil lebih optimal kalau dikombinasi antar jenis therapy itu. Sehingga di bidang onkologi, therapy ini dapat digolongkan menjadi; therapy utama, therapy tambahan, therapy komplikasi dan therapy suportif / bantuan. Misalnya, tumor ganas payudara atau carcinoma mamae, pembedahan merupakan therapy utamanya, sedangkan khemotherapi dan atau radiotherapy menjadi therapy tambahan. Jika dilakukan pembedahan, ada 2 tujuan utamanya, kalau bukan untuk kuratif (mengambil bersih tumornya), pembedahan bisa bertujuan hanya sebagai therapy paliatif, dengan maksud meringankan atau memperbaiki kondisi penderita tanpa memandang pengangkatan tumor itu tuntas atau tidak.

Implementasi Therapy

Di samping waktu pelaksanaannya lama, juga mengingat efek samping yang ditimbulkan obat-obat khemotherapi ini amat sangat tidak mengenakkan. Tidak jarang banyak penderita yang kelahan, bosan, putus asa dan tersiksa menjalaninya sehingga terpaksa harus menyerah di tengah jalan, terutama bagi mereka yang terkena kanker bermetastase (menyebar) yang tidak bisa lepas menjalani therapy ini seumur hidupnya. Dari sini ditentukan jenis pembedahan apa yang akan diambil, kalau itu memerlukan pembedahan. Kalau dibutuhkan kemotherapy, seberapa lama dan berapa seri akan diberikan, kombinasi dari obat kemotherapi apa saja dan seberapa banyak dosisnya. Begitu juga untuk radiotherapy dan hormonal therapy, dengan telah melewati tahap-tahap sebelumnya, semestinya sudah dapat ditentukan berapa banyak dosisnya, lama dan rentang waktu pemberiannya. Ini merupakan tahap akhir penanganan kanker yang justru sangat melelahkan dan menyakitkan bagi penderita.

Sekarang, di era zaman modern, penyakit kanker ini bisa menyerang siapa saja. Tidak mengenal usia, tua atau muda bisa terkena penyakit tersebut, maka dengan Kemotherapy diharapkan bisa membantu kesembuhan pasien. Bukankah dalam islam dikenal, tidak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan, semua ada obatnya. Sekarang tergantung ikhtiar kita bagaimana mengobati penyakit tersebut.

Artikel Terkait:



2 komentar:

  1. salam sobat
    saya jadi tahu kemotherapy yang bisa membantu pasien dalam penyembuhan penyakit kanker.
    alhamdulillah kabar baik di S.A
    selamat berpuasa.

    BalasHapus
  2. @Nura...sama-sama sobat semoga bermanfaat

    BalasHapus

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda Sehabis Membaca